Bagaimanakah komposisi beton yang baik itu? Untuk mengetahui hal itu perlu kita ketahui dulu apa itu beton. Pengertian paling sederhana dari beton adalah campuran pasta dan agregat atau batu. Pasta terdiri dari semen dan air, melapisi permukaan agregat halus (kecil) dan kasar (besar). Melalui reaksi kimia yang disebut hidrasi, pasta akan mengeras dan memperoleh kekuatan membentuk massa yang keras seperti batu yang dapat kita sebut beton.
Dalam proses ini terletak kunci dari sifat beton yang luar biasa: plastis dan mudah untuk kita bentuk saat baru dicampur namun kuat dan tahan lama saat sudah keras. Kualitas-kualitas ini menjelaskan mengapa beton material utama pembangun gedung pencakar langit, jembatan, trotoar dan jalan raya, rumah, dan bendungan.
Daftar isi
Proporsi Komposisi Beton
Kunci untuk mencapai beton yang kuat dan tahan lama terletak pada proporsi dan pencampuran bahan yang cermat. Campuran yang tidak memiliki cukup pasta untuk mengisi semua rongga antar agregat akan kurang maksimal dan menghasilkan permukaan yang kasar dan berpori. Campuran dengan pasta semen berlebih akan mudah tercetak dan akan menghasilkan permukaan yang halus; namun menghasilkan beton yang kurang hemat dari segi biaya dan lebih mudah retak.
Senyawa kimia pada semen menjadi aktif dengan adanya tambahan air. Semen dan air membentuk pasta yang melapisi setiap partikel batu dan pasir-agregat. Melalui reaksi kimia hidrasi, pasta semen akan mengeras dan memperoleh kekuatan.
Kualitas pasta menentukan karakter beton. Kekuatan pasta tergantung pada rasio air terhadap semen. Rasio air-semen adalah berat air pencampur dibagi dengan berat semen. Beton berkualitas tinggi diproduksi dengan menurunkan rasio air-semen sebanyak mungkin tanpa mengorbankan kemampuan kerja beton segar, memudahkan untuk kita cetak, bentuk, dan rawat dengan benar.
Perancangan campuran yang baik dapat menentukan kualitas beton segar maupun kualitas beton ketika sudah mengeras. Biasanya campurannya adalah sekitar 10 hingga 15 persen semen, 60 hingga 75 persen agregat dan 15 hingga 20 persen air. Udara yang masuk dalam banyak campuran beton juga dapat memakan proporsi 5 hingga 8 persen lagi.
Bahan-bahan Lainnya
Hampir semua air alami yang dapat diminum dan tanpa rasa maupun bau dapat digunakan sebagai air pencampur untuk beton. Namun dengan adanya kotoran yang berlebihan dalam air pencampur dapat mempengaruhi hal hal seperti waktu pengerasan dan kekuatan beton, adanya pewarnaan, korosi tulangan, ketidakstabilan volume, dan penurunan daya tahan. Spesifikasi campuran beton biasanya menetapkan batas kandungan klorida, sulfat, alkali, dan padatan dalam air pencampur.
Meskipun sebagian besar air minum cocok untuk mencampur beton, kita juga harus memilih agregat dengan hati-hati. Agregat merupakan penyumbang 60 sampai 75 persen dari total volume beton. Penggunaan jenis dan ukuran agregat yang tergantung pada ketebalan dan tujuan dari produk beton akhir.
Bagian bangunan yang relatif tipis membutuhkan agregat kasar kecil. Gradasi ukuran partikel yang kontinyu perlu untuk mengefisiensikan penggunaan pasta. Selain itu, agregat harus bersih dan bebas dari segala hal yang dapat mempengaruhi mutu beton.
Berdasarkan proporsi campurannya terdapat beberapa jenis beton yang harus kita ketahui, baca juga artikel tentang Jenis-Jenis Beton.
Proses Hidrasi pada Beton
Segera setelah menggabungkan komposisi beton (agregat, air, dengan semen), campuran akan mulai mengeras. Selama reaksi hidrasi ini, sebuah ikatan terbentuk pada permukaan setiap partikel semen. Ikatan tumbuh dan berkembang hingga terhubung dengan simpul dari partikel semen lain atau menempel pada agregat yang berdekatan.
Setelah beton benar-benar tercampur dan siap cetak, beton harus kita tempatkan dalam cetakan segera sebelum campuran menjadi terlalu kaku.
Selama penempatan, atur beton dan padatkan di dalam cetakan untuk menghilangkan potensi cacat, seperti ‘sarang lebah’ dan kantong udara (adanya pori di dalam).
Perawatan beton bermula setelah permukaan beton yang terbuka cukup mengeras untuk menahan kerusakan. Curing memastikan hidrasi semen secara berkelanjutan sehingga beton terus mendapatkan kekuatan. Permukaan beton diawetkan dengan menaburkan kabut air, atau dengan menggunakan kain penahan kelembaban seperti goni atau tikar katun. Metode pengawetan lainnya ialah dengan mencegah penguapan air dengan menyegel permukaan dengan plastik atau semprotan khusus berupa semacam senyawa pengawet.
Perlu teknik khusus untuk perawatan beton selama cuaca yang sangat dingin atau panas untuk melindungi beton. Semakin lama beton tetap lembab, semakin kuat dan tahan lama beton tersebut. Tingkat pengerasan tergantung pada komposisi dan kehalusan semen, proporsi campuran, dan kondisi kelembaban dan suhu lingkungan.
Beton menjadi lebih kuat seiring bertambahnya waktu. Sebagian besar hidrasi dan perolehan kekuatan terjadi dalam bulan pertama siklus umur beton, tetapi hidrasi juga berlanjut pada tingkat yang lebih lambat pada tahun-tahun berikutnya.
Temukan informasi menarik lainnya dan apabila Anda sedang membutuhkan jasa ukur dan uji, silahkan langsung hubungi kami di Jasa Ukur Uji. Pengerjaan jasa ukur dan uji akan dilakukan oleh teknisi tim kami yang berpengalaman dan kompeten.
Leave Your Comment