Oksigen terlarut penting untuk berbagai bentuk kehidupan termasuk ikan, invertebrata, bakteri dan tumbuhan. Organisme ini menggunakan oksigen dalam respirasi, mirip dengan organisme di darat. Ikan dan krustasea memperoleh oksigen untuk respirasi melalui insangnya.
Di sisi sebaliknya pada tumbuhan air dan fitoplankton demnghasilkan oksigen bagi perairan pada proses hidupnya. Pernyataan-pernyataan tersebut akan mengawali jawaban persoalan mengenai sumber oksigen terlarut pada sebuah perairan.
Jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan bervariasi dari satu makhluk ke makhluk lainnya. Pengumpan dasar, kepiting, tiram dan cacing membutuhkan oksigen dalam jumlah minimal (1-6 mg/L), sedangkan ikan air dangkal membutuhkan tingkat yang lebih tinggi (4-15 mg/L).
Mikroba seperti bakteri dan jamur juga membutuhkan oksigen terlarut. Organisme ini menggunakan DO untuk menguraikan bahan organik di dasar badan air. Dekomposisi mikroba merupakan kontributor penting untuk daur ulang nutrisi. Namun, jika ada kelebihan bahan organik yang membusuk (dari alga yang mati dan organisme lain) pada badan air dengan pergantian yang jarang atau tanpa pergantian (stratifikasi), oksigen di tingkat air yang lebih rendah akan lebih cepat habis.
Daftar isi
Dari Mana DO Berasal?
Oksigen terlarut memasuki air melalui udara atau sebagai produk sampingan tanaman. Dari udara, oksigen secara perlahan berdifusi ke permukaan air dari udara sekitarnya. Dapat pula bercampur secara cepat melalui aerasi, baik alami maupun buatan.
Aerasi air dapat terjadi karena adanya angin, jeram, air terjun, debit air tanah atau bentuk lain dari air mengalir. Untuk aerasi buatan manusia bervariasi bentuknya mulai dari pompa udara akuarium, kincir air yang diputar dengan tangan, hingga bendungan besar. Oksigen terlarut memiliki sumber utama dari produk akhir fotosintesis dari fitoplankton, alga, rumput laut dan tanaman air lainnya.
Sebagian besar fotosintesis terjadi di permukaan (oleh tanaman air dangkal dan ganggang), sebagian proses lainnya berlangsung di bawah air (oleh rumput laut, ganggang dan fitoplankton).
Cahaya dapat menembus air pada nilai kedalaman yang bervariasi karena padatan terlarut dan hamburan cahaya di dalam air. Kedalaman juga mempengaruhi panjang gelombang yang tersedia untuk tanaman, dengan merah terserap paling cepat dan cahaya biru terlihat sampai kedalaman 100 m saja. Di air yang jernih, tidak ada lagi cukup cahaya untuk fotosintesis terjadi di atas 200 m, dan tanaman air tidak lagi tumbuh. Dalam air keruh, zona fotik (penetrasi cahaya) ini seringkali jauh lebih dangkal.
Terlepas dari panjang gelombang yang tersedia, siklus tidak berubah. Selain membutuhkan cahaya, CO2 lebih mudah terserap oleh air (200 kali lebih larut dari oksigen) dan oksigen sebagai produk sampingan tetap terlarut dalam air. Reaksi dasar fotosintesis akuatik menetapkan:
CO2 + H2O → (CH2O) + O2
Karena fotosintesis akuatik bergantung pada cahaya, oksigen terlarut yang menjadi hasil akhirnya ini akan mencapai puncaknya pada siang hari dan menurun pada malam hari.
Leave Your Comment