Particulate Matter (PM) 2,5 merupakan partikel halus di udara yang ukurannya 2,5 mikron atau lebih kecil dari itu. Menurut penjelasan Departement of Health New York, AS, PM 2,5 bisa mengurangi jarak pandang serta terlihat agak berkabut ketika jumlahnya tinggi. Sedagkan PM 10 merupakan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
PM 2,5 mempunyai lebar sekitar 2 sampai 1,5 mikron. Ukurannya tersebut membuatnya 30 kali lebih kecil di banding lebar rambut manusia. PM 10 ukurannya dapat lebih besar, tetapi risiko bahayanya sama.
Saking halusnya, organisasi pecinta lingkungan Greenpeace Indonesia menyarankan agar masyarakat tidak menggunakan masker biasa. Mereka di wajibkan memakai masker N95, karena dapat menyaring partikel asap berukuran kecil di bawah PM 10.
Ukuran PM 2,5 bisa masuk hingga ke dalam paru-paru. Paparan PM 2,5 dalam waktu dekat saja sudah cukup untuk menyebabkan masalah pada mata, hidung, tenggorokan, iritasi paru, batuk, bersin, pilek, serta napas pendek. PM 2,5 juga bisa mengganggu fungsi paru dan memperburuk penyakit asma serta jantung. Sebuah riset yang dipublikasikan di The Journal of Investigative Medicine menyimpulkan bahwa PM 2,5 dapat meningkatkan risiko kanker mulut.
Beberapa riset lain pun menunjukkan sejumlah kondisi kesehatan akibat PM 2,5, mulai dari bronkitis (radang cabang tenggorok) kronis serta kanker paru. PM 2,5 berasal dari banyak sumber. Di luar ruangan, sumbernya berasal dari asap mobil, truk, bahkan bus. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar, seperti kayu serta minyak, adalah sumber dari PM 2,5. Kebakaran hutan dan rumput bisa menjadi sumber PM 2,5 ini.
Partikel halus tersebut juga bisa terbentuk akibat reaksi gas atau air di atmosfer dengan senyawa dari pembangkit listrik. Reaksi kimia ini bisa terjadi jauh dari sumber emisi. Bahkan, kejadian seperti erupsi gunung berapi juga dapat meningkatkan konsentrasi PM 2,5. Sedangkan di dalam ruangan, PM 2,5 dapat di temukan dari rokok, memasak, membakar lilin, maupun penggunaan pemanas berbahan bakar.
Batas ambang aman paparan PM 2,5 dan PM 10
Pada 1987, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) membuat buku petunjuk mengenai kualitas udara awalnya bernama air quality guidelines (AQGs). Sejak saat itu, informasi di dalam buku terus di update. Edisi terakhir AQGs mengenai polutan udara terbit di tahun 2006 lalu. Di dalamnya terdapat batas ambang aman PM 2,5 dan PM 10. Menurut WHO, ambang batas aman paparan PM 2,5 dalam durasi waktu 24 jam yaitu 25 mikrogram/m3. Sedangkan paparan PM 10 adalah 50 mikrogram/m3.
Sementara itu, Indonesia memiliki ambang batas paparan PM 2,5 yaitu 65 mikrogram/m3. Menurut organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia maupun Walhi, nilai tersebut tiga kali lipat lebih lemah daripada WHO. Amerika Serikat pun memiliki ambang batas paparan PM 2,5 yang berbeda dengan WHO. Menurut data dari AirVisual, di AS ambang batas paparan PM 2,5 yang baik yaitu 12 mikrogram/m3, sedangkan untuk tingkat sedang ialah antara 13-35 mikrogram/m3. Sementara untuk tingkat tidak sehat yaitu antara 56-150 mikrogram/m3.
Leave Your Comment